Ablasi retina merupakan sebuah kondisi terlepasnya atau robeknya retina (selaput jala mata). Terlepasnya retina ini tidak dapat dilihat dari luar mata. Untuk dapat mendiagnosa terjadinya ablasi retina harus melewati serangkaian pemeriksaan antara lain:
- Pemeriksaan pada bagian dalam mata, dengan menggunakan slit lamp, dan kemudian pemeriksaan dilanjutkan dengan menggunakan opthalmoscope
- Pemeriksaan menggunakan ultrasound (USG) B-scan, dilakukan jika hasil pemeriksaan menggunakan slitlamp dan opthalmoscope tidak dapat dengan jelas mengamati retina.
Untuk itu, ketika seseorang merasakan adanya berbagai keluhan yang mengarah pada terjadinya ablasi retina, maka sebaiknya segera mengunjungi dokter spesialis mata untuk dilakukan diagnosa dan penanganan medis lebih lanjut. Jangan menunggu hingga terlambat, karena keterlambatan dalam penanganan ablasi retina dapat mengakibatkan kebutaan. Ablasi retina memiliki beberapa istilah lain di antaranya: ablatio retina, ablasio retina, retina lepas, retinal detachtment.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ablasi retina antara lain:
- Terjadi robekan pada retina.
- Adanya tarikan pada badan kaca
- Terdesaknya selaput karena pertumbuhan tumor, cairan, nanah atau darah.
Baca juga:
Tips Mengatasi Morning Sickness Pada Trimester Pertama Kehamilan
FAKTOR RISIKO
Seseorang yang menderita miopia tinggi, pernah mengalami ablasi retina sebelumnya, atau terdapat riwayat ablasi retina pada keluarganya cenderung lebih beresiko dibandingkan dengan orang lain. Trauma mata karena terpukul atau jatuh serta kemunduran/degenerasi retina dan juga riwayat operasi katarak, terutama bila operasi ini mengalami komplikasi kehilangan vitreous (badan kaca) juga membuat faktor resiko terkena ablasi retina semakin besar.
GEJALA ABLASI RETINA
Ada beberapa kondisi yang menjadi gejala terjadinya ablasi retina, antara lain:
- Penglihatan tiba tiba menjadi kabur.
- Tiba tiba timbul floater (bintik hitam melayang yang terlihat di lapangan penglihatan)
- Menderita fotopsia (sensasi kilatan cahaya)
Ablasi retina selain tidak dapat terlihat dari luar mata, kejadian ablasi retina juga tidak disertai rasa nyeri. Kejadian ablasi retina dapat dialami semua kelompok usia dan semua jenis kelamin.
Ada tiga jenis Ablasi Retina berdasarkan bentuknya, antara lain:
- Retina lepas dengan robekan.
- Retina lepas akibat cairan serous di bawah retina tanpa robekan.
- Retina lepas karena tarikan akibat fibrosis vitreous.
PENANGANAN ABLASI RETINA
Terdapat dua teknik bedah untuk memperbalki lepasnya retina, yaitu:
- Eksternal (pendekatan konvensional)
- Internal (pembedahan vitroretina)
Prinsip utama pada kedua teknik ini adalah menutup robekan penyebab pada retina dan memperkuat perlekatan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina dengan cara menginduksi inflamasi di daerah tersebut dengan pembekuan lokal menpergunakan cryoprobe atau laser. Pada pendekatan eksternal, robekan ditutuo dengan menekan sklera menggunakan pita plomb silikon yang diletakkan eksternal. Ini menghilangkan traksi vitreous pada lubang retina dan mendekatkan epitel pigmen retina pada retina. Mungkin sebelumnya diperlukan saluran drainase akumulasi cairan sub retina yang sangat banyak dengan membuat lubang kecil pada sklera dan koroid menggunakan jarum.(*Lecture Notes Oftalmology, Bruce James, Chris Chew, Antony Bron Edisi ke Sembilan Penerbit Erlangga Medical Series)
Operasi Ablasi Retina dapat disebut berhasi apabila secara anatomi retina dapat melekat kembali dan penglihatan dapat berangsur kembali pulih seperti sediakala. Penilaian fungsi penglihatan tergantung pada kondisi kelainan yang diderita, apakah termasuk ringan atau berat, jangka waktu ketika retina terlepas, luasnya area retina yang terlepas, serta komplikasi yang timbul sebelum operasi dilakukan, serta keahlian operator.
Referensi:
45 Penyakit Mata, Berbagai Jenis Penyakit & Kelainan Pada Mata, Prieharti, dr. Yekti Mumpuni, Rapha Publishing